Kata “Sejarah” mempunyai arti yang sama dengan kata “history” (Inggris), “geschicte” (Jerman) dan “geschiedenis” (Belanda), semuanya mengandung arti yang sama, yaitu cerita tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau, pernyataan menurut Jan Romein
Menurut sejarahwan William H. Frederick kata sejarah diserap dari bahasa Arab, “Syajaratun” yang berarti “pohon” atau “Keturunan” atau “asal-usul yang kemudian berkembang dalam bahasa melayu “syajarah”. Dalam bahasa Indonesia menjadi “Sejarah”. Menurut kata Syajarah atau sejarah dimaksudkan sebagai silsilah atau keturunan.
Sangat jelas pernyataan yang diungkapkan oleh ramses ohee, merupakan suatu sejarah yang mengandung silsilah seperti yang disampaikannya melalui siaran langsung di TVRI Papua, Selasa (25/3/2014) tadi malam dengan tema Menjaga Kedaulatan NKRI, Guna Mencegah Disintegreasi Bangsa di Propinsi Papua. Ramses Ohee menjelaskan masalah kejelasan sejarah silsilah propinsi Papua. Ramses Ohee merupakan seorang Ondoafi Waena yang juga merupakan seorang pelaku sejarah dan anak dari Poreu Ohee salah seorang pemuda Papua yang hadir pada saat pelaksanaan Sumpah Pemuda 28 Oktober tahun 1982.
Ramses Ohee berpendapat “Saya selaku pelaku sejarah, orang tua yang masih hidup menilai ada pihak-pihak yang sengaja membelokkan sejarah Papua untuk memelihara konflik di Provinsi Papua”. Dengan pernyataan tersebut ditegaskan bahwa pelaku sejarah pun tidak menutup mata, akan drama yang dimainkan di Provinsi Papua yang selama ini terjadi karena ada oknum dari pihak-pihak yang membuat Papua menjadi bergejolak yang ditimbulkan untuk proses pembodohan, bisnis dan pemusnahan sejarah serta silsilah provinsi Papua.
Beliau juga menyampaikan “sejarah masuknya Papua ke dalam NKRI sudah benar, hanya saja dibelokkan sejumlah warga tertentu yang kebanyakan generasi muda,”. Bagaimana tidak merosotnya nilai patriotisme generasi muda sekarang ini yang seolah2 sengaja dibutakan dan enggan mengetahui akan silsilah ibu pertiwinya, generasi muda sekarang yang dikategorikan sebagai generasi muda yang modern, bernilai daya pikir tinggi, dapat dikatakan kurang dalam nilai patriotime sehingga dalam mencari kebenaran akan silsilah asal usulnya masih mudah terprovokasi oleh dan dari sebagian pihak-pihak yang menginginkan disintegrasi di papua, maka generasi muda bukan lagi generasi penerus bangsa apabila tidak memiliki dan mampu berpikir tentang silsilah sejarahnya tetapi bisa dikatakan sebagai musuh antar generasi.
Dengan semangat patriotisme untuk membela bangsa dan negara Indonesia, generasi muda Provinsi Papua seharusnya bersama-sama membantu membangun dengan penerapan ideologi Pancasila kepada masyarakat seperti yang diikrarkan pada saat sumpah pemuda.
Kami Poetra dan Poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah Jang satoe, tanah Indonesia
Kami Poetra dan Poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Kami Poetra dan Poetri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Dari ikrar sumpah pemuda tersebut seharusnya generasi muda menjunjung tinggi Tanah air, Bangsa dan bahasa Indonesia agar dapat terus maju dan berkembang sehingga dapat menaklukkan kompetisi modernisasi oleh negara lain, bukan dengan cara berfikir untuk melakukan disintegrasi di NKRI yang secara tegas disampaikan oleh tokoh dan pelaku sejarah Papua. Tetapi secara langsung turut berperan menjaga keutuhan NKRI dalam satu kesatuan dan persatuan yang terkandung dalam ikrar sumpah pemuda. Dengan adanya pernyataan dari tokoh dan pelaku sejarah Papua selaku saksi hidup berdasarkan hukum internasional status Papua adalah sah dan fakta bahwa Papua merupakan bagian dari Indonesia.
Sumber : http://www.kodam17cenderawasih.mil.id/tulisan/artikel/tokoh-sejarah-papua-mengungkap-fakta-papua/
0 komentar:
Posting Komentar